Jadi Pemenang INTM, Sarah Tumiwa Ingin Dobrak Standar Kecantikan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah memenangkan Indonesia’s Next Top Model (INTM) Cycle 2, banyak hal yang berubah dalam hidup Sarah Tumiwa. Perempuan berusia 22 tahun ini merasa sering dikritik dan dibanding-bandingkan dengan kontestan INTM lainnya.Namun, Sarah merasa bersyukur berhasil raih gelar juara dalam kompetisi modelling tersebut.
Dengan penampilan eksotik dan kulit gelap yang kerap dianggap “tidak cantik”, ia ingin mendobrak standar kecantikan Indonesia.
“Aku bersyukur meskipun tubuhku dianggap enggak sesuai beauty standard. With this opportunity I’m gonna use this untuk kasih awareness tentang standar kecantikan ke orang-orang di luar sana,” ujarnya.
Setelah capai kemenangan di INTM, Sarah bercita-cita untuk go international di dunia modelling. “Aku berlatih untuk mengasah skill yang belum seberapa ini. Making connection with agencies yang ada connection di luar juga,” ujar Sarah menceritakan upaya yang dilakukannya.
Siapa sangka, perempuan yang pernah mewakili provinsi Gorontalo dalam ajang Miss Indonesia 2020 ini tidak neko-neko dalam merawat kecantikan. Skin care routine yang dilakukan Sarah juga sangat sederhana.“Skin care routine aku hanya bersihkan wajah dengan micellar water, sabun muka, dan gel aloe vera. Bahkan aku jarang pakai sunscreen,” katanya sambil tertawa.
Penampilan model kelahiran 25 April 2000 ini sering dinilai “mahal”. Tubuh tinggi semampai, kulit sawo matang, dan garis wajah khas perempuan Indonesia membuatnya tampil menonjol dibandingkan model pada umumnya.
Di sisi lain, keunikan Sarah justru membuatnya sering jadi sasaran body shaming. Ia tentu merasa sakit hati. Tapi Sarah berusaha untuk menjadikan hate comment sebagai motivasi untuk menjadi pribadi lebih baik. Mahasiswa jurusan marketing communication Universitas Bina Nusantara ini tak ingin terpuruk hanya karena kritikan.
“Enggak apa-apa kalau gue hitam, pesek, tangannya besar. Enggak masalah. Itu menyakitkan tapi mungkin itu memang benar. But I’m grateful for what I have. Aku berusaha untuk jadi better person daripada ngomel atau nangis sendiri,” ungkapnya.
Sarah sadar banyak orang-orang yang juga mengalami body shaming.
Menurutnya untuk bisa mencintai diri-sendiri, seseorang harus bisa mengubah mindset. Pandanglah keunikan yang ada pada diri-sendiri sebagai anugerah Tuhan.“Jangan bandingkan diri dengan orang lain. Kalau membandingkan pasti selalu ada orang yang lebih dari kalian. Lebih cantik, lebih kurus, lebih tinggi. Bersyukur saja dengan apa yang kita punya sebagai pemberian Tuhan yang menjadikanmu unik,” pungkasnya.
Dengan penampilan eksotik dan kulit gelap yang kerap dianggap “tidak cantik”, ia ingin mendobrak standar kecantikan Indonesia.
“Aku bersyukur meskipun tubuhku dianggap enggak sesuai beauty standard. With this opportunity I’m gonna use this untuk kasih awareness tentang standar kecantikan ke orang-orang di luar sana,” ujarnya.
Setelah capai kemenangan di INTM, Sarah bercita-cita untuk go international di dunia modelling. “Aku berlatih untuk mengasah skill yang belum seberapa ini. Making connection with agencies yang ada connection di luar juga,” ujar Sarah menceritakan upaya yang dilakukannya.
Siapa sangka, perempuan yang pernah mewakili provinsi Gorontalo dalam ajang Miss Indonesia 2020 ini tidak neko-neko dalam merawat kecantikan. Skin care routine yang dilakukan Sarah juga sangat sederhana.“Skin care routine aku hanya bersihkan wajah dengan micellar water, sabun muka, dan gel aloe vera. Bahkan aku jarang pakai sunscreen,” katanya sambil tertawa.
Penampilan model kelahiran 25 April 2000 ini sering dinilai “mahal”. Tubuh tinggi semampai, kulit sawo matang, dan garis wajah khas perempuan Indonesia membuatnya tampil menonjol dibandingkan model pada umumnya.
Di sisi lain, keunikan Sarah justru membuatnya sering jadi sasaran body shaming. Ia tentu merasa sakit hati. Tapi Sarah berusaha untuk menjadikan hate comment sebagai motivasi untuk menjadi pribadi lebih baik. Mahasiswa jurusan marketing communication Universitas Bina Nusantara ini tak ingin terpuruk hanya karena kritikan.
“Enggak apa-apa kalau gue hitam, pesek, tangannya besar. Enggak masalah. Itu menyakitkan tapi mungkin itu memang benar. But I’m grateful for what I have. Aku berusaha untuk jadi better person daripada ngomel atau nangis sendiri,” ungkapnya.
Sarah sadar banyak orang-orang yang juga mengalami body shaming.
Menurutnya untuk bisa mencintai diri-sendiri, seseorang harus bisa mengubah mindset. Pandanglah keunikan yang ada pada diri-sendiri sebagai anugerah Tuhan.“Jangan bandingkan diri dengan orang lain. Kalau membandingkan pasti selalu ada orang yang lebih dari kalian. Lebih cantik, lebih kurus, lebih tinggi. Bersyukur saja dengan apa yang kita punya sebagai pemberian Tuhan yang menjadikanmu unik,” pungkasnya.
(wur)